Jumat, 09 Desember 2011

Tumor Medula Spinalis


I.                 LAPORAN PENDAHULUAN

1.1  PENGERTIAN
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price, 1995 : 1036). Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja tapi juga akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor. (Price, 2006 : 1190)
1.2  KLASIFIKASI
a.      Klasifikasi tumor berdasarkan asal dan sifat selnya (http://www.scribd.com/doc/16796799/Refrat-Tumor-Medula-Spinalis)
1.     Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas.
Tumor primer yang bersifat ganas contohnya astrositoma, neuroblastoma dan kordoma sedangkan yang bersifat jinak contonhya neurinoma, glioma dan ependimona (neoplasma yang timbul pada kanalis sentralis medula spinalis).
2.     Tumor medula spinalis sekunder
Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastatis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.
b.     Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis (Price, 2006 : 1190)
1.     Tumor ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruang ekstradural.
Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung. (Price, 2006 : 1192)
2.     Tumor intardural
Tumor intradural dibagi menjadi :
a.      Tumor ekstramedular
Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis.
Tumor ini biasanya neurofibroma atau meningioma (tumor pada meningen). Neurofibroma berasal dari radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma tumbuh menyerupai jam pasir yang meluas kedalam ruang ekstradural. Sebagian kecil neurofibroma mengalami perubahan sarkomatosa dan menjadi infasis atau bermetastasis. Meningioma pada umunya melekat tidak begitu erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran araknoid, dan sekitar 90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi posterolateral medula spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular menyebabkan kompresi medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 : 1193)


b.     Tumor Intramedular
Tumor intramedular  berasal dari medulla spinalis itu sendiri.
Struktur histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial, tumor intra medular cenderung lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari tumor intramedular adalah ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma dan sisanya adalah ologidendroglioma dan hemangioblastoma. Ependimoma dapat terjadi pada semua tingkat medula spinalis tetapi paling sering pada konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor intramedular ini tumbuh ke bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea. (Price, 2006 : 1193)

Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural
Sumber: http://www.draryan.com/Portals/0/spinal%20cord%20tumors.jpg




Kompresi medula spinalis pada berbagai tingkat :
a.      Tumor foramen magnum
Sebagian besar merupakan meningioma. Dan berasal dari  dura taut kranioservikalis.
Gejala awal dan tersering adalah
1.     Nyeri servikalis posterior  (nyeri sub oksipital).
2.     kelemahan sensoris dan motoris berupa hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis (C2) akibat kompresi pada akar syaraf.
3.     Gejala tambahan gangguan sensorik dan motorik pada tangan. Gejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus (osilisasi mata yang cepat saat memandang atau melihat suatu daerah atau benda), kesulitan bernapas, mual muntah serta artrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. (Price, 2006 : 1191)
b.     Tumor daerah servikal (Price, 2006 : 1191)
Lesi daerah servikal menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik.
1.     Lesi servikalis bagian atas disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior sehingga kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan.
2.     Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon ektremitas atas (biseps brakioradialis, trisep).
3.     Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6,  melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7  menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
c.      Tumor daerah thorakal
Pada lesi daerah thorakal seringkali terjadi kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada serta abdomen akibat gangguan intrathorakal dan intraabdominal. Pada lesi thorakal bagian bawah refleks perut bagian bawah dan tanda beevor (umbilikus menonjol  apabila penderita pada posis terlentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat menghilang. (Price, 2006 : 1191)
d.     Tumor di daerah lumbosakral (Price, 2006 : 1992)
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas menyebabkan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah.
1.     Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta kehilngan refkleks pergelangan kaki.
2.     Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.
e.      Tumor kauda equina
Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda – tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. (Price, 2006 : 1192)
1.3  ETIOLOGI
a.      Tumor Medula Spinalis  Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
b.     Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.
1.4  PATOFISIOLOGI
Tumor medulla spinalis baik primer maupun sekunder menyebabkan kompresi medulla spinalis, akar-akar syaraf serta kandungan intracranial, sehingga terjadi kelemahan sensoris maupun motoris tergantung pada letak lesi.
Tanda dan gejala lesi akar syaraf :
a.     Lesi pada daerah servikal menyebabkan kelemahan dan atrofi lengan bahu,
kelemahan sensoris dan motoris berupa hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis (C2).
Tumor pada servikal (C5, C6, C7) menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas, kompresi C6 menyebabkan defisit sensorik, pada C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah
b.     Lesi pada daerah thorakal menyebabkan kelemahan spastik pada ekstremitas bagian  bawah dan parestesia serta menyebabkan nyeri pada dada dan abdomen
c.      Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta kehilngan refkleks pergelangan kaki serta hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan kandung kemih akibat lesi pada sakral bagian bawah
d.     Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda – tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai (Price, 2006 : 1192)
1.5  MANIFESTASI KLINIS
a.      Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1192)
1.     Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan  terbatas pada daerah tumor. Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.
2.     Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh gerakan tulang belakang.
3.     Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.
4.     Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan medula spinalis.
5.     Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
6.     Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.
7.     Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang ireverssibel.
8.     Gangguan BAB dan BAK.
b.     Tumor Intradural
1.     Tumor Ekstramedular (Price, 2006 : 1193)
-        Nyeri mula-mula di punggung dan kemudian disepanjang radiks spinal.
-        Nyeri diperberat oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan dan paling berat terjadi pada malam hari.
-        Defisit sensorik
-        Parestesia
-        Ataksia
-        Jika tumor terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan serta gangguan motorik yang hebat.
2.     Tumor Intramedular (Price, 2006 : 1193)
-        Hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas diseluruh segmen yang terkena, yang pada giliranya menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.
-        Bila lesinya besar terjadi sensasi raba, gerak, posisi dan getar.
-        Defisit sensasi nyeri dan suhu.
-        Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi
-        Nyeri tumpul, impotensi pada pria dan gangguan spinter pada kedua jenis kelamin.


1.6  KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:
a.         Paraplegia
Merupakan paralisis ekstremitas bawah, biasanya mencakup kandung kemih dan rektum. (Hinchliff, 1999 : 324)
b.         Quadriplegia
Merupakan paralisis keseluruhan pada empat anggota gerak. (Hinchliff, 1999 : 432)
c.         Infeksi saluran kemih
d.         Kerusakan jaringan lunak
e.         Komplikasi pernapasan
Komplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah:
Ø  Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi medula spinalis.
Ø  Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

1.7  PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.      Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1193)
1.     Radiogram tulang belakang
Sebagian besar penderita tumor akan memperlihatkan osteoporosis atau kerusakan nyata pada pedikulus dan korpus vertebrae.
2.     Mielogram
Untuk memastikan letak tumor.
3.     CT-Scan Resolusi Tinggi.
4.     CSF memperlihatkan kadar protein yang meningkat dan kadar glukosa yang normal.
b.     Tumor Intradural
1.     Tumor Ekstramedular (Price, 2006 : 1193)
-        CSF memperlihatkan kadar protein yang meningkat.
-        Radiografi spinal
Memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikulus yang berdekatan.
-        Mielogram.
-        CT-Scan
-        MRI
2.     Tumor Intramedular (Price, 2006 : 1194)
-        Radiogram
Memperlihatkan pelebaran canalis vertebralis dan erosi pedikulus.
-        Mielogram, CT-Scan atau MRI memperlihatkan pembesaran medula spinalis.
1.8  PENATALAKSANAAN
a.      Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1193)
-        Analgetik
-        Kortikosteroid
-        Terapi radiasi
-        Kemoterapi
-        Terapi hormonal
b.     Tumor Intradural (Price, 2006 : 1194)
-        Pembedahan
-        Pengangkatan tumor intramedular terutama pada ependimoma dan hemangioblastoma







































II.               KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1  PENGKAJIAN
1.     BIODATA
a.      Umur
Tumor medula spinalis dapat terjadi pada semua kelompok usia tetapi jarang dijumpai sebelum usia 10 tahun. (Price, 2006 : 1190)
b.     Jenis Kelamin
Meningioma lebih sering terjadi pada wanita usia separuh baya. (Price, 2006 : 1193)
c.      Pekerjaan
Pekerjaan yang berhubungan langsung terhadap paparan bahan kimia yang bersifat.
2.     KELUHAN UTAMA
Nyeri hebat pada malam hari dan ketika tulang belakang digerakan serta pada saat istirahat baring.

3.     RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Awal dirasakan nyeri hebat pada malam hari dan saat berubah posisi serta keluhan-keluhan lain seperti kelemahan ekstremitas, mual muntah, kesulitan bernapas serta cara penanganannya.

4.     RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
a.      Riwayat tumor baik yang ganas maupun jinak pada sistem syaraf atau pada organ lain
b.     Keluhan yang pernah dirasakan misalnya : pusing, nyeri, gangguan dalam berbicara, kesulitan dalam menelan, kelemahan ekstremitas.

5.     RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat tumor atau kanker dalam keluarga
6.     RIWAYAT PSIKOSOSIOSPIRITUAL
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
7.     PEMENUHAN KEBUTUHAN (ADL)
a.      Nutrisi
Terjadi ketidakmampuan untuk menelan, mual muntah, serta kesulitan bernapas dapat menyebabkan intake makanan yang tidak adekuat sehingga dapat terjadi penurunan berat badan.
b.     Aktivitas Istirahat tidur
1.     Aktivitas
Kelemahan ekstremitas, nyeri pada punggung dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
2.     Istirahat tidur
Gangguan istirahat tidur dapat terjadi akibat nyeri yang hebat pada malam hari serta saat berbaring dan karena cemas.
c.      Hygiene personal
Terjadi peningkatan kebutuhan akan bantuan orang lain dalam pemenuhan hygiene personal akibat adanya kelemahan ekstremitas, penurunan tingkat kesadaran serta nyeri.
d.     Eliminasi
Terjadi gangguan BAB dan BAK
8.     PEMERIKSAAN FISIK
B1 (Breathing)
Ø  Irama pernapasan tidak teratur
Ø  Takipnea
Ø  Dispnea
Ø  Kesulitan bernapas
Ø  Pergerakan dada asimetris

B2 (Blood)
Ø  Bradikardi
Ø  Hipotensi
Ø  Sianosis
B3 (Brain)
Ø  Penurunan kesadaran
Ø  Nyeri pada vertebra thorakalis, vertebra servikal, vertebra lumbalis
Ø  Defisit sensorik
B4 (Bladder)
Ø  Distensi kandung kemih
Ø  Nyeri tekan pada kandung kemih
B5 (Bowel)
Ø  Berat badan menurun
Ø  Nyeri abdomen
B6 (Bone)
Ø  Penurunan skala otot
Ø  Kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah
Ø  Kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki
Ø  Atrofi otot betis dan kaki
9.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.      Radiogram tulang belakang
b.     Mielogram
c.      CT-Scan Resolusi Tinggi
d.     Pemeriksaan CSF
e.      MRI
f.      Analisa Gas Darah

2.2   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.     Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kelemahan otot  pernapasan
2.     Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan   aliran darah sekunder akibat hipotensi
3.     Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
4.     Nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat tumor
5.     Gangguan pola tidur berhubungan dengan  sering terbangun akibat nyeri
6.     Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi sensori
7.     Gangguan eliminasi urine (inkotenensia urine) berhubungan dengan gangguan pada saraf
8.     Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
9.     Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan /hopitalisasi
2.3 INTERVENSI
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kelemahan otot  pernapasan
Tujuan : Pasien memperlihatkan frekuensi napas yang efektif dan   mengalami pertukaran gas pada paru dengan kriteria hasil :
Ø  RR : 16-20 x/menit
Ø  Nadi : 60 – 100 x/menit
Ø  Nadi teraba kuat dan reguler
Ø  Retraksi dada ringan
Ø  Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
INTERVENSI
RASIONAL
1.     Jelaskan pada pasien tentang penyebab dan cara mengatasi ketidakefektifan pola napas

2.     Pertahankan jalan napas: posisi kepala dalam posisi netral, tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat ditoleransi pasien

3.     Ubah posisi atau balik secara teratur,hindari atau batasi posisi telungkup

4.     Bantu pasien untuk mengontrol pernapasan jika diperlukan. ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam

5.     Pantau atau batasi pengunjung jika diperlukan



6.     Observasi fungsi pernapasan dengan menginstruksikan pasien melakukan napas dalam


7.     Observasi warna kulit adanya sianosis, keabu-abuan


8.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dan oksimetri

9.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen kanul atau masker

1.     Meningkatkan sikap kooperatif dari pasien


2.     Memudahkan fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi, meningkatkan       ekspansi paru



3.     meningkatkan ventilasi semua bagian paru


4.     bernapas mungkin bukan hanya aktivitas volunter tetapi membutuhkan usaha  secara sadar tergantung pada lokasi trauma yang berhubungan dengan otot pernapasan

5.     Kelemahan secar umum dan gangguan pernapasan membuat resiko tinggi bagi pasien mendapatkan infeksi saluran pernapasan atas
6.     Trauma pada C1-C2  menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara menyeluruh



7.     menggambarkan akan terjadinya gagal napas yang memerlukan intervensi medis dengan segera


8.     menyatakan ventilasi atau oksigenasi. mengidentifikasi masalah pernapasan



9.     Meningkatkan kadar oksigen dalan tubuh


2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan   aliran darah sekunder akibat hipotensi
Tujuan : Pasien menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer teratasi dengan kriteria hasil :
Ø  Akral hangat
Ø  Perfusi baik
Ø  CRT < 2 detik
Ø  Tidak cianosis
Ø  Nadi teratur
Ø  Nadi :60- 100x/mnt

Intervensi
Rasional
Tindakan Mandiri
1.     Jelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.     Pertahankan ekstermitas dalam posisi tergantung


3.     Ukur haluaran urine dan catat berat jenisnya

4.     Observasi warna dan membran mukosa kulit



Tindakan Kolaborasi
1.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan (IV/per oral)


2.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen sesuai indikasi

1.     Meningkatkan sikap kooperatif dari pasien
2.     Menurunkan statis vena di kaki dan pengumpulan darah pada vena pelvis untuk menurunkan resiko pembentukkan trombus
3.     Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan perfusi ginjal
4.     Kulit pucat atau sianosis, kuku, membran bibir/lidah yang menunjukkan vasokontriksi perifer atau gangguan aliran darah sistemik

1.     Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas darah atau mendukung volume sirkulasi/perfusi jaringan
2.     Meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh









3.                Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Pasien mengalami pemenuhan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan    selama ...x 24 jam  dengan kriteria    hasil:
Ø  Nafsu makan meningkat
Ø  Dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsinya
Ø  Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
INTERVENSI
RASIONAL
1.     Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat

2.     Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang

3.       Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air

4.       Awasi asupan dan haluaran setiap 2 jam.

Tindakan Kolaborasi
1.     Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan cairan melalui iv  atau makanan melalui selang

1.     Meningkatkan sikap kooperatif dari pasien




2.     Mempertahankan asupan cairan yang adekuat



3.     Penurunan berat badan menunjukkan adanya dehidrasi




4.     Merupakan pengukuran yang baik terhadap keseimbangan cairan tubuh





1.     Meningkatkan cairan dalam tubuh
      4.Nyeri berhubungan dengan inflamasi akibat tumor
Tujuan : pasien mengungkapkan rasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam dengan kriteria hasil :
Ø  TD : 120/80 mmHg
Ø  Nadi : 60-100x/menit
Ø  RR : 16-20x/menit
Ø  VAS : 0-1
Ø  Ekspresi wajah pasien tampak tenang

INTERVENSI
RASIONAL
1.     Jelaskan kepada pasien tentang penyebab nyeri

2.     Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi,masase, kompres hangat/ dingin sesuai indiakasi

3.     Dorong penggunaan teknik relaksasi seperti naps dalam dan berikan aktivitas hiburan  seperti televisi/radio

4.     Observasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah dan perubahan TTV yang tak dapat dijelaskan

5.     Kolaborasi dengan dokter dalm pemberian analgesik
1.     Meningkatkan kan sikap kooperatif dari pasien

2.     Tindakan alternatif mengontrol nyeri



3.     Memfokuskan kembali perhatian.meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping

4.     Petunjuk nonverbal dari nyeri  yang memerlukan intervensi medis dengan segera

5.     Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme atau nyeri otot


5.Gangguan pola tidur berhubungan dengan  sering terbangun akibat nyeri
Tujuan : Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan  selama ...x 24 jam dengan kriteria hasil :
Ø  Mudah tertidur
Ø  Tidak letih saat bangun
Ø  Tidak ada gangguan Pola Tidur
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan tindakan yang akan kita lakukan kepada pasien.

Agar pasien mengetahui dan mengerti tindakan yang dilakukan oleh perawat

Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien untuk meningkatkan tidur atau istirahat (seperti mematikan lampu, memberikan ventilasi ruangan yang adekuat, memberikan suhu yang sesuai dan menghindari kebisingan)

Hambatan kortikal pada vormasi reticular akan berkurang selama tidur, meningkatkan respons otomatik, oleh karenanya respons kardiovaskuler terhadap suara meningkat selama tidur.

Buat jadwal pengkajian atau intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama ( seperti memeriksa tanda-tanda vital, dan merubah posisi pasien pada waktu yang sama).


Gangguan tidur sering terjadi dan dapat menggangu pemulihan sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis. Irama sirkandian pasien sering terganggu oleh terjadinya gangguan tersebut.

Kurangi asupan cairan sebelum waktu tidur tiba



Agar pasien tidak terbangun pada malam hari untuk berkemih karena itu dapat mengganggu istirahat tidur pasien

Hindari kafein selama 4 jam sebelum tidur


Karena kafein mengandung suatu zat yang merangsang sistem saraf pusat pada manusia yang dapat mengusir rasa ngantuk, sehingga pasien sulit tidur
Kurangi kebisingan


Agar pada saat beristirahat pasien tidak merasa terganggu

Evaluasi efek obat-obatan yang pasien dapatkan ( seperti steroid, diuretic) yang mungkin menggangu tidur


Derangement psikis dapat terjadi bila terdapat penggunaan kortiko steroid termaksud perubahan mood, insomnia.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
Analgesik mempengaruhi transmisi dan persepsi nyeri di SSP

6.            Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi sensori
Tujuan : Pasien tidak mengalami cedera setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam dengan kriteria hasil
Ø  Pasien tidak mengalami cedera
Ø  Pasien  mampu menjelaskan cara/metode  mencegah terjadinya cedera
Intervensi
Rasional
Tindakan Mandiri
1.   Jelaskan pada pasien tentang kondisinya dan tindakan yang akan dilakukan.
2.   Beri pengaman di sekitar tempat tidur pasien
3.   Dampingi pasien (perawat berada di samping pasien)


1.     Penjelasan akan meningkatkan pengetahuan pasien sehinnga pasien akan kooperatif
2.     Pengaman disekitar tempat tidur mencegah pasien jatuh
3.     Perawat dapat mengantisipasi hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya cedera
7.     Gangguan eliminasi urine (inkotenensia urine) berhubungan dengan gangguan pada saraf
Tujuan : Pasien mampu mengontrol pengeluaran urine dengan kriteria hasil:
Ø  Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia
Ø  Tidak ada distensi kandung kemih

Intevensi
Rasional
1.     Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik).

2.     Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)
3.     Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang telah direncanakan
4.     Observasi pola berkemih pasien

1.     Melatih dan membantu pengosongan kandung kemih.






2.     Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal



3.     Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga memerlukan untuk lebih sering berkemih

4.     Indikasi perkembangan pasien

8.     Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
Tujuan : Pasien tidak mengalami kerusakan mobilitas fisik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam dengan kriteria hasil :
Ø  Ekstremitas tidak tampak lemah
Ø  Klien dapat menahan posisi tubuh saat miring kanan atau kiri
Ø  Skala otot baik
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
1.     Observasi secara teratur fungsi motorik (jika timbul keadaan syok spinaledema yang berubah) dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan seperti mengangkat bahu, memregangkan jari-jari, menggenggam tangan  pemeriksa atau melepas genggaman pemeriksa.

2.     Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil.

3.     Bantu/lakukan latihan rom pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut. Lakukan hiperekstensi pada paha secara teratur (periodik).

4.     Letakan tangan dalam posisi (melipat) kedalam menuju pusaran 90 drajat dengan teratur.

5.     Pertahankan sendi pada 90 drajat terhadap papan kaki, sepatu dengan hak yang tinggi dan sebagainya, gunakan rol trokhanter dibawah bokong selamaberbaring ditempat tidur.

6.     Buat rencana aktivitas untuk pasien sehingga pasien dapat beristirahat tanpa terganggu. Anjurkan pasien untuk berperan serta dalam aktivitas sesuai dengan kemampuan.

7.     Gantilah posisi secara periodik walaupun dalam keadaan duduk.

8.     Observasi rasa nyeri, kemerahan, bengkak, ketegangan otot jari.



1.     Mengevaluasi keadaan secara khusus (gangguan sensorik-motorik dapat bermacam-macam dan atau tak jelas. Pada beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi.


2.     Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur dan mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri.

3.     Meningkatkan sirkulasi, mempertahankan tonus otot dan mobilisasi sendi, meningkatkan mobilisasi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot.


4.     Mencegah kontraktur pada daerah bahu.



5.     Mencegah footdroop dan rotasi eksternal pada paha.




6.     Mencegah kelelahan, memberikan kesempatan untuk berperan serta/melakukan upaya yang maksimal.



7.     Mengurangi tekanan pada salah satu area dan meningkatkan sirkulasi perifer.

8.     Banyak sekali pasien dengan trauma saraf servikal mengalami pembentukan trombus karena gangguan sirkulasi perifer, immobilisasi dan kelumpuhan flaksid
KOLABORASI
9.     Tempatkan pasien pada tempat tidur kinetik jika diperlukan.





10.  Konsultasi dengan ahli terapi fisik/terapi kerja dari tim rehabilitasi.






11.  Berikal relaks otot sesuai kebutuhan dan diazepam (Valium); balkopen (Lioresal) ; kantrolen (Dantrium).

9.     Immobilisasi yang efektif dan kolumna spinal dapat menstabilkan kolumna spinal dan meningkatkan sirkulasi sistemik, yang dapat mengurangi komplikasi karena immobilisasi.

10.  Membantu dalam merencanakan dan melaksanakan latihan secara individual dan mengidentifikasikan/mengembangkan alat-alat bantu untuk mempertahankan fungsi, mobilisasi dan kemandirian pasien.


11.  Berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas.

9.     Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan /hopitalisasi
Tujuan :  Pasien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam dengan kriteria hasil
Ø  Pasien mendiskusikan rasa takut
Ø  Pasien mengungkapkan pengetahuan tentang situasi
Ø  Pasien tampak rileks

INTERVENSI
RASIONAL
1.     Jelaskan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya


2.     Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan

3.     Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya
4.     Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit

5.     Berikan dukungan terhadap perencanaan gaya hidup yang nyata setelah saikt dalm keterbatasannya tetapi sepenuhnya menggunakan kemampuan pasien

6.     Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari

7.     Berikan petunjuk mengenai sumber-sumber penyokong yang ada seperti keluarga, konselor profesional


8.     Observasi status mental dan tingkat ansietas dari pasien
1.     Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karen ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas
2.     Dapat meringankan ansietas



3.     Mengungkap rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan

4.     Penting untuk menciptakan kepercayaan, informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga


5.     meningkatkan perasaan akan keberhasilan dalam  penyembuhan




6.     Meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian
7.     Memberikan jaminan bahwa yang diperlukan adlah penting untuk meningkatkan mekanisme kooping pasien



8.     Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut


Tidak ada komentar:

Posting Komentar